Sabtu, 04 Juli 2015

Membangunkanmu Bermain

Apa yang lebih iseng dari hidup?
Kita lahir begitu saja
Mesti bergerak, beraktivitas
Mesti senang, sakit hati
Harus memilih, bolehkah tidak?
Sebenarnya ini apa-apaan?
-Sebentar, ini bukan keluhan
Jadi, bisakah kau netral?

Berapa kali kau hitung jumlah pertanyaan yang bermunculan?
Banyak mesti ku awali dengan pertanyaan

Apa itu manusia?
Sebagian laki-laki menemukan dirinya di malam hari
di jalan raya, dan warung kopi

Coba terka
Apa konsekuensi dari membolehkan kebohongan demi kebaikan?
Aha! Praduga terbesar lahir
Mencoreng yang suci
Matilah satu musabab dari konflik besar menahun

Sudahkah dikatakan memilih
Jika tidak tahu warna apa dibalik pilihan lain?
Bolehlah aku memilih untuk tidak memilih di antara kedua yang berperang

Kenalkah kau pada saudara kembar dari cinta?
Bagaimana para Sufi bicara
Bahkan anime Naruto menjelaskannya

Siapa yang lebih mengenali Tuhan daripada Iblis?
Simpan jawabanmu, juga emosimu
Ini bukan soal ulangan harian
Aku pun tak bawa lembar jawaban tempatmu menulis

Apa yang lebih menyakitkan dari kehilangan?
Tapi benarkah merebut adalah pelanggaran at all?

Apa yang lebih membahagiakan dari mencintai dan dicintai?
Maaf, aku tidak bertanya
Hanya menyapa
sisi otakmu yang mungkin terlupa
Hanya menegur
sisi otakmu yang mungkin tidur

11 Juni 2015
Jam 3 pagi

Sabtu, 03 Januari 2015

Raini

Nama samaran yang sangat vulgar. Tidak memberikan efek rahasia yang besar pada namamu itu, Raini. Bahkan ini nama yang justru diusulkan oleh orang itu sendiri. Masa bodoh. Aku memang gak suka punya rahasia.

Aku tak tahu apa yang aku rasakan kemarin. Kemarin? Ya waktu itu.. saat aku menemuimu sebelum berangkat ke perantauanmu. Satu sisi aku merasa ditampari tangan-tangan keluguanmu. Tapi di sisi kedua, aku merasa sangat bebas. Bebas karena melihat kejelasan. Bahwasannya perasaan suka yang aku rasakan padanya jelas sudah tidak mendapat respon positif.

Dari analisaku, jika dikaitkan denggan beberapa teori yang ku bikin dari hasil merenung dan observasi beberapa cewek, intinya aku bukan tipe cowok idamannya. Ngenes ya? Ga terlalu sih. Ini lumrah dalam dunia asmara. haha. Menurutku, ada dua tipe laki-laki. Apa? Kalau ga bajingan berarti homo? Bukan! Itu kata si Sten Ap Komedi. Dua tipe yang ku maksud itu; tipe filsuf dan tipe realistis. Nah, tampaknya Raini itu lebih condong ke tipe realistis. *Artinya gue mengklaim diri gue termasuk cowok filsuf. Berikutnya, dari teori momentum is beautiful, gue sadar ini kelemahan gue. Gue gak banyak punya moment berdua, kalah jauh sama si *druutdrutdruuut* yang sering sembunyi-sembunyi atau terkesan sembunyi-sembunyi mencuri waktu buat kemana berdua. Dari hoby pun kayaknya gue ga punya kecocokkan, dia sukanya baca novel dan sesuatu yang berbau ilmu atau sejenisnya. Sementara aku? hmmm cuma seonggok laki-laki yang berpikiran mesum, haha.

Paragraf di atas jangan diartikan saya curhat atau meratapi kekurangan ya! hehe. Aslinya saya ga suka bicara sesuatu itu kekurangan atau kelebihan, yang jelas keadaannya seperti itu. Itu hanya analisa. Lagipula saya udah nrimo dengan hasil yang ada. Saya juga yakin ada hal di diri saya yang dia suka, walaupun saya ga tahu. hehe *ngarep*. Saya ada pesan buatmu, Raini. Aku gak bisa menghapus rasa ini, biar Tuhan yang melakukan ke-KumahaCeukManehna-an-Nya. Lalu, kamu harus bahagia dengan siapapun yang kamu pilih nanti. 

Di Rumah, 4 Jan 15


titik dua (:) + bintang (*)

Yusuf